Halaman

Jumat, 24 Januari 2020

FIRASAT


Kabut pagi ini terasa lebih pekat dari biasanya. Dinginnya menusuk hingga ke tulang dan sendi. Begitu pun kaki Darto mulai dirasa ngilu tertusuk dingin  pada setiap kayuhannya.  Namun begitu,  kaki keriput tak beralas itu tak jua menghentikan melodinya. Tetap menjejah pedal yang sudah tak berbantalan, untuk setia mengayun menuju para pelanggannya yang sudah menunggu diteras rumahnya masing-masing.   

Sesekali dalam sepersekian menit, tangan kiri Darto bergerak mengusap mukanya demi menepis sapaan sang kabut yang menitipkan embun diwajah usang itu. Lalu cepat tangannya kembali menyeimbangkan kemudi onthel tuanya. 

"Ada apa dengan Lasmi?" gumam Darto ketika wajah istrinya tiba-tiba  mengusik benaknya. 

Tak biasanya Lasmi melepasnya dengan gusar. Seolah istrinya itu hendak menyampaikan  sesuatu namun terkunci rapat dibalik lidahnya, tak dapat  meloncat keluar dari mulutnya.  

Darto sangat mengenali istrinya. Dia tak bisa dibohongi dan Lasmi pun tak pandai berbohong padanya.  Namun entah kenapa Darto mengurungkan niatnya untuk bertanya tentang sebab musabab keresahan istrinya.  Mungkin Lasmi butuh waktu untuk mengunkapkannya. Nanti pasti dia akan bicara,  pikirnya menahan untuk bertanya.

"Hari ini ibu-ibu dikomplek sebelah banyak yang libur ngantor bu,  mudah-mudahan jadi rejeki bapak ya bu?" ucap Darto pada istrinya seraya sibuk menata sayur mayur dagangannya.

Kontan saja kalimat Darto itu pun membuat Lasmi tak tega untuk menahannya pergi. Ada semangat yang tak mungkin Lasmi pudarkan dari binar mata Darto. Akhirnya Lasmi  hanya bisa tersenyum mengiyakan suaminya, kendati keresahannya tak kunjung sirna.
"thit … Thiiiiiit…. "
"Astaghfirullah!!!" pekik Darto serta merta terkagetkan oleh suara klakson truk pengangkut kayu. Darto susah payah menenangkan kuda besi tak bermesinnya yang sempat oling karena reflek kagetnya. Belum hilang kagetnya, lagi-lagi Darto direpotkan oleh sepedanya yang oling. Kali ini sebanya adalah oleh ban sepedanya.  Kondisi ban yang sudah tipis dantiba-tibaterantuk lubang jalanan.  Darimana munculnya lubang itu? seolah tiba-tiba ada begitu saja, luput dari pandangan Darto yang tertutup bayangan wajah tak biasa istrinya.
Sejurus kemudian Darto mulai dapat menenangkan diri. Degup jantung Darto pun mulai berirama normal,  sudah mulai terhitung satu2, tak lagi saling memburu karena kaget bertubi tadi.
"Tak biasanya Lasmi begitu" gumam Darto  lagi, ia masih terus dihantui wajah istrinya yang jelas menyimpan misteri resah ditambah sebuah senyuman yang nyata dipaksakannya untuk menyenangkan Darto.
"aku akan menemukan jawabannya ketika pulang nanti" hibur Darto kemudian, Darto tak berhasil menemukan titik terang yang bisa mengarah pada jawaban keresahan Lasmi.
"Aaaarghhhhhhh...." terdengar suara pekikan serak, kali ini tak sempat beristighfar.
Tak ada kelanjutan suara serak itu lagi, kecuali suara riuh orang-orang yang berhamburan membentuk kerumunan. Dalam sekejap, orang-orang berkerumun menenggelamkan tubuh renta Darto. Disusul aroma serupa besi berkarat yang menyengat . Bau anyir menyergap seiring cairan merah pekat mengalir dari belakang kepala.  Menggenang semburat diaspal yang tak lagi terlihat hitam kilaunya.  Tangisan langit yang tiba-tiba  menderas seakan ingin menenggelamkan serapah orang-orang pada pengemudi minibus putih yang tergopoh menghilang. Pengemudi itu lari tak sudi untuk sekedar melipir melihat kondisi pak tua dan keranjang sayurnya. Sementara putaran roda onthel tua itu mulai melambat namun tak pernah benar berhenti. Sepeda Darto masih terabaikan disebelah tubuh bersimbah darah itu. Tak seorang pun berani menyentuhnya. Mereka takut disalahkan karena tubuh rent aitu tampak tak bergerak sedikitpun. Akhirnya mereka hanya bisa menunggu yang berwajib datang untuk mengurusnya.
Darto tak pernah membuka lagi matanya. Wajah Lasmi yang terakhir membayang disana sepertinya menahannya untuk berpaling. Darto akan menyimpannya untuk mencari alamat akan jawaban keresahan Lasmi ketika melepasnya setengah jam lalu. Dan Darto akan segera menemukan jawabannya,  begitu pula dengan Lasmi.